"22 Agustus"
Sahabat
jadi cinta. Mungkin itulah yang menggambarkan tentang kisah cintaku dan dia,
panggil saja Sena.Aku dan Sena sudah berteman sejak kami masih di taman
kanak-kanak. Saat itu aku harus pindah sekolah dan 2 tahun aku tidak
berkomunikasi dengannya. Suatu hari, kami dipertemukan kembali diGereja. Sejak
saat itu aku kembali dekat dengannya dan saat aku kelas 2 SMP, aku berpacaran
dengannya. 4 November 2010, seharusnya menjadi hari dimana aku merayakan 3th
berpacaran dengan Sena, tetapi hal yang tidak pernah aku bayangkan terjadi, dia
ingin putus. Hari itu adalah pertama kalinya aku melihat Sena menangis
didepanku. Aku bertanya, kalau Sena menangis kenapa dia ingin putus? 2 bulan
kami tidak berkomunikasi sejak kejadian itu, bahkan aku mendengar Sena sudah
mempunyai pacar lagi. Aku hanya bisa tersenyum dan berharap aku bisa segera
melupakannya. 3 Januari 2011, tanpa disangka aku bertemu dengan Sena diacara
pernikahan. Entahlah saat itu apa yang aku rasakan, aku senang bisa melihatnya
lagi tetapi aku juga sedih mengingat disisi lain bahwa aku hanyalah kenangan
baginya. Dan malam itu aku kembali mengobrol akrab dengannya.Ya, malam itu 3
Januari 2011 Sena mengatakan padaku bahwa dia memutuskanku karena dia tidak
ingin menyakitiku. Aku masih tidak mengerti, sampai akhirnya kalimat itu
terucap darinya “Kankerku udah parah Tina...” dan dia tersenyum. Detik itu juga
aku merasa aku akan pingsan, tetapi aku hanya bisa menangis, memarahinya dan
sekali lagi dia hanya tersenyum. “kayaknya kita kebanyakan nonton film sampe
kisah kita kaya di film, hahaha.”, dia terus membuat lelucon tentang dirinya
yang tidak lucu sama sekali. Akhirnya Sena menceritakan semuanya, bagaimana dia
menyembunyikan penyakitnya selama ini. Mungkin kalau di film, ceritaku ini akan
berakhir menyedihkan dan mengharukan karena pengorbanan sang lelaki. Tetapi
tidak denganku. Aku memutuskan untuk bersama dengan Sena sampai entah kapan
Tuhan mengijinkan kami untuk bersama. 28 April 2011 adalah hari ulang tahun
Sena. Nothing special yang terjadi, aku hanya menghabiskan waktu bersama Sena
dirumahnya. Tanpa disangka, dia berpidato sambil menanyakan hal yang tidak
ingin aku dengar sama sekali, “Tahun ini harusnya kita udah 4 tahun ya.. haha
gak nyangka aku... kalau aku disuruh diskripsiin kamu dalam 3 kata, kamu itu
Cinta, Pertama, Terakhir. Aku gag bisa disuruh so sweet kaya di film-film, jadi
maaf ya aku gag bisa nulis surat-surat gitu buat kamu, tanpa aku bikinpun kamu
udah nangis bombay, hahaha... Tina... hari ini aku bahagia banget masih bisa
ngerayain ulang tahun sama kamu, walau mungkin ini yang terakhir kalinya ulang
tahunku sama kamu, tapi aku pastiin aku bahagia. Kamu jangan nangis lagi ya..”.
Aku hanya bisa menangis dan menangis, tetapi aku harus tersenyum dan tertawa
didepannya, aku ingin menjadi kenangan indahnya. Sampai saatnya tiba, 22
Agustus 2011 pukul 22.49, Sena pergi untuk selamanya. Lagi-lagi dia berbohong,
dia menuliskan surat untukku yang akan slalu aku ingat,“Mungkin aku gag bisa
ada disamping kamu nemenin kamu sampai rambut kamu memutih dan kamu jadi
gendut, tapi aku akan slalu ADA nemenin kamu sampai kita dipertemukan lagi.
Tina, aku yakin suatu hari nanti ada seseorang yang bisa ngobatin rasa sakit
yang udah aku kasih buat kamu, bahagialah, bertumbuh tualah jadi kamu bisa
ceritain kisah film kita ke anak-anak bahkan cucu kamu, keep healthy always,
I’ll always be there for you, God Bless You...”.
Sena
mempunyai bab tersendiri didalam buku kehidupanku yang sudah lama aku tutup.Aku
tidak menyesal dengan keputusan yang aku ambil karena aku bangga aku bisa
berada disampingnya sampai akhir. Takdir itu seperti sebuah persimpangan jalan,
dimana kamu tidak akan tahu apa yang ada dibalik persimpangan itu sampai kamu
melewatinya. Jadi tetaplah jalani, lewati apa yang ada saat ini, janganlah
sibuk untuk mempertanyakan apa yang ada dibalik persimpangan itu.
By : Christina Puspa
DON'T COPY PASTE PLEASE!!
THANK U
By : Christina Puspa
DON'T COPY PASTE PLEASE!!
THANK U
0 komentar:
Posting Komentar